Sabtu, 04 Desember 2010

Penyakit Berbahaya

Ada sebuah penyakit. Penyakit ini bahaya. Mengakibatkan kematian? Tentu saja. Tetapi, yang terburuk bukan kematian. Jika penyakit ini menguasai diri kita, bahkan kebahagiaan di akhirat pun akan jauh dari kita. Serius? Ya.. tentu saja.

Sukses di dunia pun tidak akan pernah menghampiri kita jika kita punya penyakit ini. Kesehatan akan lemah, pikiran akan lemah, dan ruhiah juga akan lemah. Anda tahu? Saking bahayanya penyakit ini, Rasulullah saw pun berdo’a untuk berlindung dari penyakit ini. Nich do’anya:
Nabi SAW bersabda: “Ya Allah, sesungguhnya aku belindung kepada-Mu dari kegelisahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, berhati pengecut, kikir, utang yang tak terbayarkan dan tekanan kezhaliman orang lain.” (H.R. Bukhari, Abu Dawud, an-Nasai, Tirmidzi dan Ahmad).

Betul sekali. Penyakit yang saya maksud adalah penyakit malas. Saya tidak menyebut Anda malas, buktinya Anda mau membaca artikel ini. Yang perlu ditanyakan adalah, apakah Anda masih malas melakukan hal yang lebih besar?

Kemalasan memang ada tingkatannya. Orang yang paling parah malasnya ialah mereka tidak mau melakukan apa-apa, bahkan membaca artikel ini. Bagaimana bisa menolong mereka? Mau bisnis, malas. Mau kerja, malas. Untunglah Anda masih mau membaca artikel ini. Jadi, meski Anda masih memiliki rasa malas, masih ada peluang untuk dikurangi.

Saya rasa, Anda setuju dengan pernyataan ini: Semakin sedikit rasa malas yang kita miliki semakin sukses kita. Malas berbanding terbalik dengan sukses. Oleh karena itu jangan biarkan malas yang ada di diri Anda membesar. Betul, akan membesar jika Anda abaikan bahkan Anda sukai.

Bagaimana cara mengatasi malas?
1.Pertama: niatkan bahwa Anda akan mengurangi rasa malas.
2.Kedua: tinggalkan (atau kurangi) kebiasaan yang memungkinkan Anda untuk bermalas-malasan. Misalnya tidur-tiduran, nonton TV, ngegosip, dan kegiatan yang tidak bermanfaat lainnya.
3.Ketiga: alihkan waktu yang Anda miliki untuk kegiatan menyenangkan lainnya tetapi lebih membawa manfaat.
4.Keempat: mulailah melakukan tindakan-tindakan yang tidak biasa, semakin banyak dan sering akan mengikis rasa malas.
5.Kelima: tingkatkan motivasi diri Anda. Caranya silahkan tonton Video Instant Motivation Weapon
6.Keenam: carilah seorang mentor, pembimbing, atau guru yang akan terus mendorong Anda untuk bertindak. Saya punya mentor.
7.Ketujuh: ini yang paling penting, berdo’alah seperti yang dicontohkan Rosulullah saw diatas.
Mulailah melakukan ketujuh cara diatas dengan pelan-pelan. Sedikit demiki sedikit boleh, tetapi jangan sampai berhenti. Insya Allah, sedikit demi sedikit, penyakit malas akan berkurang.

Jika Anda masih malas melakukan 7 cara diatas, artinya kemalasan Anda cukup parah. Serius!


dari : www.motivasi-islam.com

Rabu, 10 November 2010

PENGHALANG SUKSES YANG EFEKTIF

Apa penghalang sukses Anda? Mungkin Anda sudah belajar. Membaca ratusan buku. Mengikuti puluhan seminar dan pelatihan. Punya pembimbing yang mantap. Tetapi ada penyakit ini, semuanya percuma. Anda tidak akan pernah sukses.

Dari riset kecil saya, memang banyak orang yang memiliki penghalang ini. Apakah bisa disembuhkan? Tentu saja bisa. Setiap penyakit ada obatnya, termasuk penyakit mental ini.
Penyakit itu adalah… malas.

Percuma Anda punya ilmu yang banyak. Terampil. Punya modal yang besar, tetapi Anda malas melakukan apa yang seharusnya Anda lakukan. Semuanya percuma tanpa tindakan. Jika penghalang sukses ini tetap bersama Anda.

Banyak yang bertanya kepada saya, bagaimana cara mengatasi malas. (Sudah untung tidak malas bertanya…)

Saya berpikir, percuma saya memberikan ilmu dan teknik mengatasi malas. Sebab tidak akan berhasil. Mengapa? Karena orang malas akan merasa malas untuk mengaplikasikan ilmu dan teknik yang saya ajarkan. Akhirnya malas selama ini. Mereka membiarkan penghalang sukses mereka. Tidak berusaha menghilangkannya.

Lalu, apakah tidak ada solusinya? Tentu saja ada.

Pertama: Anda harus punya seorang pembimbing atau mentor yang memiliki otoritas tinggi, Anda kagumi, dan Anda takuti. Tujuanya agar Anda tidak berani melawan. Percuma punya pembimbing jika Anda malas mengikuti bimbingannya. Kemudian biarlah pembimbing yang mengarahkan dan mengawasi Anda dalam bertindak. Saat Anda malas, pembimbing Anda akan menghukum Anda sehingga Anda bisa bergerak. Meski awalnya terpaksa, lama-kelamaan akan biasa dan akhirnya tidak malas lagi.

Kedua: harus ada alat yang terus menerus memberikan suntikan motivasi kepada Anda. Langkah ini dilakukan jika Anda tidak punya atau tidak mau memiliki pembimbing yang tagas dan disiplin. Saya sudah membuat audio yang saya desain untuk mengobati rasa malas Anda. Miliki audio ini, kemudian dengarkan sesering mungkin.

Tidak ada pekerjaan sulit atau latihan sulit yang harus Anda lakukan. Hanya mendengarkan dan mendengarkan. Kapan pun Anda sempat, dimana pun Anda bisa. Anda akan memiliki “mentor” yang terus menerus mengompori Anda untuk bertindak. Anda bisa memutar audionya dimana dan kapan pun Anda mau.

Tujuannya dibuat Audio untuk memudahkan Anda. Tidak harus menulis sesuatu, tidak harus melakukan sesuatu. Pokoknya: dengarkan dan dengarkan. Lama-kelamaan, Anda akan bertindak dengan sendirinya. Tanpa paksaan dan atas inisiatif diri sendiri.

Silahkan dapatkan disini.
Lalu bagaimana jika Anda masih malas mendengarkan audio ini?

Siap-siap saja untuk menerima konsekuensi dari penyakit malas Anda. Jangan mengeluh, jangan salahkan orang lain. Penghalang sukses akan bersama Anda jika Anda tidak mau berubah.


dari : www.motivasi-islam.com

Minggu, 17 Oktober 2010

Tuhan Tahu Yang Terbaik Untuk Kita

Ada sebuah kisah menarik yang saya dapatkan dari seorang teman. Terlepas dari apakah ini kisah nyata atau fiksi belaka, setidaknya ada pelajaran yang bisa kita petik di dalamnya.

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan

Jumlah seluruh pelamar yang mengikuti seleksi NASA ada 43.000 orang. Kemudian tersisih hingga 10.000, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang terakhir.


100 orang ini dikumpulkan untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara, dan tes-tes lainnya.

Hatiku berdebar. Bertanya-tanya, siapakah di antara kami yang lolos dalam ujian akhir ini.

“Tuhan, biarlah diriku yg terpilih.” begitu aku berdoa.

Aku terus berdoa dan berharap, hingga tibalah berita yang menghancurkan semua harapan itu. NASA memilih Christina
McAufliffe. Aku kalah.

Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi yang sangat. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah selalu menyelimutiku. Menggantikan kebahagiaan di setiap hari-hari yang kujalani.

Aku mempertanyakan semuanya.

“Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang dirasa kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam dan tidak adil?”

Aku berpaling pada Ayahku. Dengan bijak beliau berkata, “Tuhan pasti punya alasan untuk semua ini.”

Selasa, 28 Januari 1986. Aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challenger.

Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk yang terakhir kali.
“TUHAN, Sebenarnya aku
bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?”

73 detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku.

Challenger meledak dan menewaskan semua crew yang ikut di dalamnya.

Tiba-tiba aku kembali teringat kata-kata ayahku, “Tuhan pasti punya alasan untuk semua ini.”

Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun Aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini.

Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah, aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Ternyata, Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :

[1] Apabila Tuhan mengatakan YA, maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta.

[2] Apabila Tuhan mengatakan TIDAK, maka kita akan mendapatkan yg lebih baik.

[3] Apabila TUHAN mengatakan TUNGGU, maka kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan kehendakNYA.

Tuhan tidak pernah terlambat. DIA juga tidak tergesa-gesa. DIA selalu tepat waktu dan selalu punya alasan di balik semua kejadian dalam hidup kita.

Nah, rekan-rekan semoga kisah yang secuplik ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita semua, khususnya saya pribadi.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 10 Oktober 2010

RAHASIA PERTOLONGAN ALLAH

Bapak/Ibu Keuarga Besar IKKW yang dirahmati Allah SWT, ada banyak persoalan yang menghadang di depan kita. Entah itu masalah pribadi, keluarga ataupun yang lebih luas dari itu. Sebanding dengan banyaknya masalah, banyak pula cara yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikannya. Kita bisa mengandalkan kecerdasan akal, kemampuan fisik, harta kekayaan, relasi atau apapun. Namun dari semua itu, tidak ada yang paling ampuh selain dari pertolongan Allah SWT.
Mengapa pertolongan Allah ? Karena tidak ada satupun masalah yang terjadi, kecuali atas izin Allah SWT. Semuanya ada dalam genggaman Allah. Bila demikian, alangkah mudahnya bagi Allah untuk membuka jalan kemudahan bagi siapapun yang ditimpa masalah.
Karena itu, masalah terbesar dalam hidup adalah saat kita tidak mendapatkan pertolongan Allah. Seberat apapun persoalan, akan menjadi ringan bila ditolong Allah SWT. Pertanyaannya adalah bagaimana agar kita layak ditolong Allah ? jawabannya ada dalam QS Ath Thalaaq [65] di akhir ayat 2 – 3 : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

Jadi, kunci pembuka pertolongan Allah ada dalam ketakwaan kita. Semakin takwa kita, semakin terbuka lebar pintu-pintu pertolongan Allah. Sebaliknya, semakin ingkar kita, semakin tertutup rapat pintu-pintu pertolongan Allah. Na’udzubillah. Imam Ibnu Atha’ilah menegaskan pesan takwa ini. “Jangan menuntut Allah karena terlambatnya permintaan yang telah engkau panjatkan kepada-Nya. Namun, hendaknya angkau koreksi dirimu, tuntut dirimu agar tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhanmu”.
Saudaraku, ada banyak kewajiban yang harus kita tunaikan kepada Allah. Di antara yang banyak tersebut ada beberapa amalan dasar, sekaligus kunci pembuka datangnya pertolongan Allah. Saat kita mampu mengamalkannya dengan istikamah, Insya Allah kebaikan-kebaikan lainnya akan terbuka.
1. Mencintai masjid. Masjid adalah rumah Allah yang ada di bumi. Tidak ada tempat yang paling dicintai Allah di bumi selain masjid. Pertolongan Allah akan datang kepada siapapun yang cinta dan gemar memakmurkan masjid. Karena itu, syarat pertama agar ditolong Allah adalah mencintai masjid.
2 Tahajud. Sepertiga malam terakhir adalah waktu yang sangat dicintai Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa pada waktu tersebut, Allah SWT turun ke bumi dan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan hamba-hamba-Nya. Tidak ada satupun shalat sunnat yang begitu diperhatikan Rasulullah SAW kecuali shalat tahajud.
3. Sedekah. Amalan ini sungguh luar biasa. Dengan bersedekah, rezeki akan tambah melimpah dan berkah, urusan menjadi mudah, kita pun akan terhindar dari musibah. Jaminan dari Allah demikian pasti kepada ahli sedekah. Maka, jangan sia-siakan kesempatan bersedekah. Pastikan tiada hari tanpa sedekah. Awali hari-hari kita dengan bersedekah.
4. Bantu orang lain. Sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang gemar menolong saudaranya. Mudahkan pula urusan orang lain, niscaya Allah akan memudahkan urusan kita. Pokoknya, tiada hari tanpa menolong orang lain. Dan, jangan pilih-pilih dalam menolong.
5. Kelima, banyak bershalawat kepada Rasulullah SAW. Rasul adalah manusia yang paling dicintai Allah. Karena itu, cinta Allah akan kita dapatkan saat kita mencintai hamba yang paling dicintainya. Bila Allah sudah cinta, pertolongannya akan terbuka bagi kita. Wallahu a’lam.

Selasa, 10 Agustus 2010

AGAR RAMADHAN JADI BERKAH

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban,
dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”

Bapak/Ibu Keluarga Besar IKKW yang saya hormati!
Tak terasa, tinggal beberapa hari ke depan kita akan memasuki bulan Ramadhan 1427 H. Sangat penting sekali bagi kita semua untuk mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menyambut bulan Ramadhan dan bisa menjalankan ibadah di dalamnya dengan baik.
Saudaraku yang dirahmati Allah, ada banyak keistimewaan Ramadhan yang tidak diberikan di bulan-bulan lain. Di antara keistimewaannya adalah :
1. Pintu surga dibuka, sedangkan pintu neraka ditutup.
Disabdakan, “Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup”. (HR. Bukhari). Hadis ini bisa dipahami apa adanya, yakni pintu surga memang betul-betul dibuka dan pintu neraka ditutup. Atau bisa dihapami bahwa peluang masuk surga begitu besar, karena pada bulan ini, Allah SWT mensyariatkan banyak ibadah yang dapat membawa seseorang ke surga. Sebaliknya, peluang masuk neraka kecil, karena peluang bermaksiat kecil.
2. Setan dibelenggu.
“…dan setan-setan pun dibelenggu” (HR. Bukhari). Kalau setan dibelenggu, namun tidak demikian dengan hawa nafsu. Sehingga, potensi melakukan dosa tetap ada, walaupun tidak sebesar di bulan-bulan lain.

3. Meningkatnya derajat ibadah.
Di dalam bulan ini, Allah SWT melipatgandakan derajat ibadah. Satu ibadah wajib dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali ibadah wajib di bulan lain, dan ibadah sunnah dinilai ibadah wajib.
4. Dosa-dosa sebelumnya dihapus.
Segala macam ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan menggugurkan dosa. Seperti shalat dan puasa. Mengenai shalat Rasulullah SAW bersabda, “shalat lima waktu dari Jum’at ke Jum’at berikutnya, dari Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa diantaranya” (HR. Muslim). Tentang puasa, Rasul bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap Ridho Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu”. (Muttafaq ‘Alaih).
Agar Ramadhan bermakna, kita harus bersiap menyambut kedatangannya. Ada beberpa persiapan yang bisa dilakukan :
1. Memupuk kerinduan dan kecintaan terhadap Ramadhan. Salah satunya dengan berdoa. Rasul mencontohkan sebuah doa menjelang Ramadhan, Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya’baan, wa ballighnaa Ramadhaan”. “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”.
2. Mempersiapkan diri dengan baik. Hati, akal dan fisik harus dipersiapkan. Hati dipersiapkan dengan memperbanyak ibadah, seperti shalat sunnah, saum sunnah, dzikir dan sebagainya. Akal dipersiapkan dengan mendalami berbagai ilmu yang terkait dengan Ramadhan. Ilmu dan keikhlasan menjadi factor penentu diterima tidaknya sebuah amal. Fisik juga dipersiapkan dengan menjaga Kesehatan, kebersihan, olahraga dan lain-lain.
3. Merencanakan peningkatan prestasi ibadah dibanding Ramadhan yang lalu. Buat perencanaan global dan rinci. Tentukan target tiap-tiap ibadah. Selain untuk diri sendiri, buat pula perencanaan aktivitas sosial yang positif seperti memberi makanan pembuka bagi orang miskin, buka bersama dengan anak yatim, mengadakan pengajian, memperbaiki hubungan keluarga dan lainnya.
Dengan menyiapkan segala sesuatu sebelum kedatangannya, mudah-mudahan kita bisa mencicipi hidangan Allah pada bulan Ramadhan sekaligus meraih keberkahannya. Sebab kesuksesan sebuah perbuatan ditentukan oleh jelasnya tujuan dan matangnya persiapan. Wallahu a’lam.

Jumat, 16 Juli 2010

LAKUKAN APA YANG KITA BISA

Ada begitu banyak tanggung jawab, tetapi terlalu sedikit yang mau mengembannya. Ada bertumpuk-tumpuk masalah, tapi tak banyak yang mau menjadi solusinya. Ada sangat banyak keruwetan, tetapi yang mampu mengurainya sangat terbatas.
Di tengah berbagai suasana buntu, terlalu sedikit orang yang bisa menjalani prinsip, “lakukan saja apa yang kita bisa”. Terlalu sedikit orang yang merdeka dan punya vitalitas, yang selalu bergairah untuk melakukan.
Beberapa rumpun masalah itu ada disekitar kita. Mungkin juga mengiringi hari-hari kita, atau menyesaki pikiran dan perasaan kita. Sebagiannya bersifat pribadi, sebagian yang lain bersifat kolektif. Uraian berikut adalah tiga peta utamanya:
Pertama, Memperbaiki Kualitas Keluarga
Keluarga adalah rumah jiwa kita. Kita boleh pergi entah kemana, tapi fitrah kita diciptakan untuk punya tempat kembali. Tempat menambatkan hati. Kesanalah, ke keluarga kita, bersama orang tua kita, atau istri kita, atau suami kita, juga anak-anak kita, hati kita selalu tertambat. Itu adalah fitrah yang tidak bisa kita ingkari.
Al-Qur’an menggambarkan tentang empat fungsi utama keluarga: Fungsi rekreasi, fungsi regenerasi, fungsi investasi dan fungsi kepemimpinan. Fungsi rekreasi ada pada cinta kasih dan rasa tentram yang ditumbuhkan Allah pada pasangan suami istri. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Ruum: 21).
Fungsi regenerasi ada pada keberadaan anak-anak sebagai penerus keyakinan. Sebagaimana wasiat Ibrahim kepada anak-anaknya : “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memillih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”
Fungsi investasi, terletak pada peranan anak yang merupakan satu dari tiga hal yang masih terus mengalirkan manfaatnya ketika orang sudah mati. Yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tua. Bahkan, menurut Imam Suyuthi, segala amal baik yang dilakukan anak, maka orang tuanya akan mendapat tembusan pahalanya, meskipun seandainya anak itu tidak mendo’akannya. Sebab orang tua merupakan perantara atas keberadaan mereka.
Fungsi kepemimpinan. Kaum lelaki sebagai pemimpin rumah tangga, maupun perempuan sebagai penanggung jawab property suami dan anak-anaknya. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian laki-laki atas sebahagian perempuan dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS. An-Nisa : 34).
Keempat fungsi di atas terangkum dalam do’a penuh makna : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan : 74).
Sekarang, sejenak mari mengingat-ingat kembali. Apakah keempat fungsi itu ada di dalam rumah tangga kita? Adakah keempat fungsi itu tumbuh dengan baik di dalam keluarga kita? Sejujurnya, kini banyak keluarga yang letih. Jangankan untuk membangun fungsi kepemimpinan atau regenerasi. Kadang, fungsi rekreasi pun sudah tidak lagi bisa dijumpai.
Mungkin ada dari kita yang harus membenahi keluarganya dari sisi fungsi rekreasi. Salah satu bentuknya, sang suami harus punya penghasilan memadai. Sebab, nafkah merupakan representasi cinta dan kasih sayang secara lahiriyah. Untuk memiliki rumah perlu biaya. Untuk memiliki pakaian yang pantas perlu biaya. Untuk mendidik anak-anak perlu biaya. Alangkah banyak keluarga yang harus kita benahi. Alangkah banyak rumah tangga yang harus memperbaiki diri. Di rumah-rumah yang mulai pengap dan tidak ada lagi keharmonisan, kita harus belajar tentang bagaimana menjadi manusia merdeka. Kita harus memulai apa yang bisa kita lakukan. Di peta ini kita harus menggambar kembali. Di layar ini kita harus bercermin kembali. Masalahnya mungkin sangat banyak. Tapi solusi cepatnya adalah, lakukan saja apa yang kita bisa.
Bila tak ada kedamaian di rumah, maka tak ada lagi kedamaian yang sesungguhnya.

Kedua, Membenahi Masyarakat dan Negara
Seperti apa masyarakat tempat kita berada, akan mempengaruhi keadaan kita, baik atau buruknya, mudah atau sulitnya. Seperti apa kondisi negara tempat kita menjadi warganya, akan sangat berdampak pada warna hidup kita. Karenanya, bersikap masa bodoh atas keterpurukan masyarakat atau bangsa, dengan alasan apapun, sebenarnya berarti bersikap masa bodoh dengan nasib diri sendiri.
Perbaikan sebuah bangsa punya dua jalur utama. Jalur sosial kultural dan jalur politik kekuasaan. Keduanya saling terkait dan saling melengkapi. Di dua jalur utama itu kita layak bertanya, apa yang telah kita lakukan? Kita bisa menggerutu, tapi inti bangsa ini pada dasarnya adalah kita-kita juga. Di jalur sosial kultural maupun di ranah politik kekuasaan, seharusnya kita berada di salah satu dari keduanya atau malah di dua-duanya.
Jadi, lakukan saja apa yang kita bisa. Di masyarakat kita, di lingkungan kita, lingkungan tempat tinggal ataupun lingkungan tempat kerja, ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Pembenahan bisa kita mulai dari lingkungan otoritas yang kita punya, sekecil apapun otoritas itu. Terlebih bila kita ditakdirkan punya otoritas besar.

Ketiga, Memenuhi Komitmen Pribadi
Di wilayah pribadi ini, tantangan terberatnya justru karena kita bisa memulai atau tidak memulai. Karena kita bisa memillih untuk mau atau tidak mau. Komitmen diri kita sangat banyak, bentuknya adalah harapan dan cita-cita. Seperti keinginan kita untuk sukses sebagai pendidik, atau sebagai pengusaha, sebagai pakar di bidang tertentu, atau sebagai apa saja.
Memenuhi komitmen pribadi memerlukan banyak sekali ilmu. Tapi mesin utamanya tetaplah kemauan, dan tombol start-nya adalah prinsip “mulai saja apa yang kita bisa”. Memenuhi komitmen diri tidaklah ringan. Ilmu bisa dipelajari, teori bisa dicari, tapi kemauan hanya bisa didapat dengan cara pemaksaan. Bahwa kita sadar dengan kewajiban kita, komitmen kita. Tapi tetap saja kita perlu memaksa diri kita untuk melakukannya.
Cobalah untuk membuka daftar-daftar komitmen pribadi yang pernah kita canangkan. Atau mengingat-ingat komitmen yang pernah kita niatkan. Kita akan temukan, bahwa komitmen-komitmen yang belum terlaksana, sebab utamanya karena kita tidak pernah memulai untuk menjalaninya. Bila perbaikan keluarga godaannya adalah gengsi dan status, bila perbaikan masyarakat dan bangsa godaannya adalah banyak bicara sedikit kerja, maka godaan dalam pemenuhan komitmen pribadi adalah tipuan kesempurnaan. Maksudnya, seringkali kita tidak segera memulai dengan alasan semuanya belum sempurna, belum lengkap. Padahal menjadi sempurna adalah fase yang tak akan pernah bisa kita lalui. ■

Jumat, 18 Juni 2010

KEKAYAAN BERUPA "KESEHATAN"

Suatu ketika di sore hari, saya menjenguk anak dari pemilik kontrakan kios yang saya sewa di daerah Kalimalang. Rumah Sakit yang saya kunjungi adalah Rumah Sakit Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Orang yang saya jenguk dan istrinya menceritakan kepada saya dan saya mendengarkan dengan penuh antusias. Ceritanya sungguh menyentuh rasa kemanusiaan dalam diri saya, dia harus rela menjalani hidup melalui transfuse darah seumur hidupnya.
Yang membuat saya terharu adalah dia sebelumnya adalah manusia ‘independen’ dalam menjalani kehidupan, namun sekarang hidupnya sangat tergantung pada sebuah alat pencuci darah. Saya jadi teringat cerita-cerita tentang penyakit ini. Ada yang telah menjalani cuci darah ini selama 18 tahun dan ada yang lebih dari itu. Biasanya mereka memiliki jiwa yang relatif tidak stabil, hal ini diakibatkan dari proses pencucian darah yang berlangsung cukup lama, mereka hilang kebebasan hidup, hingga keluhan rusaknya pembuluh nadi darah karena harus terus menerus seminggu sekali untuk terkena jarum transfuse dalam jangka waktu yang panjang.
Dan yang membuat tertegun saya adalah biaya yang relatif mahal untuk ukuran rata-rata penduduk Indonesia, sekali cuci darah menghabiskan biaya minimal satu juta rupiah, jika seminggu sekali rutin dilaksanakan minimal harus menyiapkan dana empat juta rupiah diluar obat dan biaya rumah sakit.
Banyak kisah-kisah lain yang berhubungan dengan berbagai jenis kemalangan dan penyakit. Tentu hal ini seharusnya menimbulkan rasa syukur kita atas nikmat kesehatan yang sampai detik ini masih Allah berikan kepada kita, meskipun mungkin saat ini diantara Bapak/Ibu/Saudara/Kakak/Adik tengah mengalami satu penyakit yang sampai saat ini belum diberi kesembuhan oleh Allah SWT. Yah…. Itulah kehidupan. Terkadang saya menerawang ke kehidupan ketika masih kecil. Kenangan indah sewaktu kecil sempat terlintas dalam benak pikiran saya, hingga proses kehidupan ini berjalan sampai sekarang ini yang telah memiliki kehidupan pribadi dengan tanggung jawab terhadap diri dan keluarga.
Bapak/Ibu sekalian, nikmat Allah itu terkadang baru dirasakan manusia ketika ia telah hilang dari dalam diri kita, selama nikmati itu masih berada dalam diri kita hal itu tidak dirasakan, dan seringkali dijadikan sebagai alat untuk bermaksiat kepada Allah. Na’udzu billahi min dzalik.
Dalam Al-Qur’an disebutkan mengenai ujian kesehatan juga diberikan kepada para rasul-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit) kemudian ia bertaubat.” (QS. Shad : 34).
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’.” (QS. Al-Anbiya : 83).
Jangan pernah menyerah!. Apapun kondisi kita saat ini, misalnya kekurangan harta, itu belum seberapa dibandingkan nikmat berupa kekayaan terbesar dalam hidup manusia, kesehatan!.
Seorang Rasul sekelas Nabi Sulaiman saja dengan kekayaan yang luar biasa diberikan kepadanya bukan hanya dari harta benda dan manusia, namun juga bangsa jin, hewan dan (maaf) setan turut menjadi bala tentaranya. Namun ketika Allah berikan penyakit, maka tidak akan bisa ia menikmati kekayaan dan kekuasaannya itu.
Begitu pula dengan kita, hal sepele saja, satu nikmati Allah berupa nafas dicabut kenikmatannya sehingga kita sakit flu, baru akan terasa sekali nikmatnya nafas lega namun ketika kita sehat tak terasa nikmat itu.
Siapa yang mau jantungnya ditukar dengan emas satu ton? Atau siapa yang ingin hatinya diambil untuk digantikan Rumah mewah berikut isinya? Atau mata kita dua-duanya diberikan kepada orang yang berani membayar 10 milyar rupiah? Maukah kita….?
Bapak/Ibu keluarga besar IKKW yang dirahmati Allah
Dalam kehidupan ini tentu sunatullah ketika kita mendapatkan kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan dari proses perjalanan hidup. Di sisi lain kita juga akan mendapatkan masalah, ujian dan musibah tapi dalam menghadapi dan penyikapannya setiap orang berbeda-beda.
Banyak yang beranggapan bahwa kesenangan dan kebahagiaan hidup adalah sebuah anugerah bagi seorang manusia, sesungguhnya di balik anugerah itu terdapat ujian hidup lainnya berupa rasa syukur, kepedulian terhadap kaum dhuafa, dan tidak bertindak mubazir dalam segala hal. Ujian berupa kesenangan kadang lebih banyak menjebak manusia dalam memaknai kehidupannya, mereka menjadi lalai dan tertipu dengan segala permainan dan godaan dunia.
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad : 36).
Penyikapan yang baik berupa pengendalian diri yaitu bersikap untuk menjaga diri dari hal-hal yang berlebihan, senantiasa mengingat Allah dalam semua proses dan menumbuhkan rasa syukur yang terwujud dalam perbuatan bukanlah perkara mudah. Ujian ini menjadikan manusia agar senantiasa tetap waspada dari kenikmatan yang Allah berikan dalam menjalankan kehidupannya.
Namun tidak sedikit pula penyikapan manusia yang menjadikan ujian berupa masalah hidup, musibah, kemiskinan, penyakit sebagai sebuah kehinaan hingga menyebabkan mereka terseret pada kekufuran, seperti diungkapkan dalam sebuah hadis Nabi, “Sesungguhnya kefakiran mendekatkan pada kekufuran”. Penyikapan manusia yang menjadikan masalah, ujian hidup, penyakit serta musibah sebagai kehinaan dan berujung menjadi sebuah beban maka langkah-langkah untuk mengatasinya menjadi lebih berat. Karena menjadi sebuah beban maka ia akan berusaha secepat mungkin dan tergesa-gesa untuk meringankan bebannya. Alih-alih bebannya berkurang justru yang ia rasakan semakin bertambah karena cara mengatasinya yang tidak tepat. Pertama ia merasakan memikul beban seorang diri, merasa yang paling terzhalimi di dunia dan memandang disekelilingnya dengan sinis dan memusuhi sehingga dunia terasa semakin menghimpit, gelap dan tidak menemukan solusi yang akhirnya berujung pada keputusasaan!.

Rabu, 26 Mei 2010

MEMBANTU SESAMA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Sdr/i, Keluarga Besar IKKW yang berbahagia. Pujian yang kita dapatkan atas prestasi yang diraih tidak semata-mata hasil dari usaha kita sendiri. Di sana ada kontribusi pihak lain. Misal, guru yang telah mengajari kita, orang tua yang telah membimbing dan mendidik kita dari kecil hingga saat ini, Kakak, Adik, Saudara, Suami atau Istri dan teman-teman sekolah atau teman kerja yang selalu ada bersama kita. Lebih jauh, semuanya tidak akan terwujud tanpa pertolongan dari Allah SWT. Jika sekarang kita punya rezeki dan ilmu, orientasi kita seharusnya adalah mendistribusikan keduanya untuk menguatkan orang lain. Untuk itu, kita bisa memulainya dengan sanak saudara atau tetangga terdekat kita. Kita harus mulai memiliki peta tentang keadaan saudara-saudara dan tetangga kita.
Untuk apa kita berjaya sementara saudara kita mengemis-ngemis mohon belas kasihan pada orang lain. Kita bisa mendukung mereka dengan cara mengajari mereka untuk mandiri dan mapan. Buatlah program pemberdayaan umat. Membekali mereka dengan keahlian-keahlian merupakan program membantu sesama untuk mencapai kesuksesan. Andaikata orang yang sukses merasa bahwa hanya dirinyalah yang sukses, maka sebenarnya dia telah gagal.
Idealnya, membantu sesama harus menjadi sebuah motivasi bagi setiap kita untuk lebih produktif. Kita harus kenal betul potensi kita masing-masing. Mungkin saja fulan A saat ini sedang membutuhkan bantuan fulan B. Pada saat lain kondisinya berbalik, fulan B yang membutuhkan pertolongan fulan A. Dengan potensi yang dimiliki masing-masing, kita akan tahu bagaimana cara memberdayakannya. Jangan sampai pertolongan yang dilakukan membuat seseorang tergantung pada orang lain. Dia menjadi malas dan suka berleha-leha.
Memberikan inisiatif untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan adalah sebuah upaya membantu sesama yang sangat brilian. Merupakan sedekah jika kita memberi inisiatif, membangkitkan semangat saudara kita untuk berkarya, memfasilitasi saudara-saudara kita yang potensial dalam suatu bidang, atau membantu saudara kita untuk lebih maju, bahagia dan sejahtera sesuai dengan visi dan misi berdirinya IKKW.
Kita harus berjuang dengan gigih untuk membantu saudara kita dan itulah satu tanda kesuksesan kita. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat bagi manusia lainnya. Wallahu a’lam.

Kamis, 22 April 2010

MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA

Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, semua orang akan mengatakan sama, berharap langgeng sampai akhir hayat. Bahkan kalau Allah berkenan, berharap perjalanan biduk terus bisa berjalan sampai kelak di akhirat, sehingga dapat bersama mengarungi bahtera indahnya kehidupan di Surga-Nya. Namun dalam alam nyata tidak setiap orang mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Ada sebagian orang yang terpaksa atau mesti ikhlas kehilangan atau berpisah dengan orang yang dicintainya manakala rumah tangga belum lama berjalan atau masih berada di tengah lautan cinta. Ada hal-hal tertentu yang tak mungkin bagi keduanya untuk terus dilanjutkan kebersamaan. Berpisah menjadi jalan terbaik daripada semakin tidak karuan. Walaupun sebagian ada juga yang berpisah karena takdir-Nya yaitu ada satu pihak yang meninggalkan dunia fana ini lebih dahulu dibanding yang lainnya.
Di sinilah setiap yang berumah tangga dituntut paham betul bahwa ada banyak hal yang bisa mengancam keutuhan rumah tangga selama diarungi dan dilayari. Mulai sifat, sikap, perilaku, pemahaman agama, hingga hadirnya orang ketiga. Pemahaman seperti ini akan dapat membuat kita lebih berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku terhadap pasangan. Jangan sampai apa yang kita lakukan membuat pasangan kecewa, marah, yang pada akhirnya membuatnya menceraikan kita atau meminta cerai kepada kita.

SIFAT DAN PERILAKU
Dalam kaitan dengan hal ini, banyak sifat dan perilaku yang bisa membuat suami atau istri kecewa. Seperti sifat pemarah atau temperamental (baik suami maupun istri). Dalam hal ini kalau suami maupun istri memiliki sifat seperti itu akan bisa membuat pasangannya tak suka, dan pada akhirnya tak tahan. Sifat lain, umpamanya pencemburu berat, sangat manja, suka su’uzhan, tidak taat pada suami, suka mengungkit-ungkit masa lalu, suka bermaksiat dan lain sebagainya.
Banyak keluarga yang bisa kita jadikan ibrah dalam hal ini. Cobalah lihat keluarga yang didalamnya ada kurang pengertian, kurang percayaan, maupun kurang iman, maka keluarga tersebut akan sering gontok-gontokan. Secara khusus Allah membuat kehidupan penghuni rumah yang demikian tidak tenang dan setanlah teman mereka, yang menjadi petunjuk dan sebagai panutan. Naudzubillahi mindzalik, semoga ini tak terjadi pada keluarga kita.

BILA PEMICU DARI ISTRI
Perilaku istri seringkali pemancing bagi terjadinya perceraian. Seorang teman pernah curhat tentang istrinya bahwa seringkali ia ingin mengeluarkan kata cerai saat melihat “pembangkangan” istrinya. Ia tak kuat terus berada dalam “rongrongan” sang istri. Kadangkala sampai ia berpikir istrinya seorang pendurhaka dan orang yang membawa sial. Tentu sifat/sikap istri tersebut benar-benar telah menyakitinya. Membuatnya kecewa luar biasa. Dan perlu diketahui para wanita bahwasanya kebanyakan ikhwan (suami) lebih panjang dalam berpikir dan merasakan sesuatu. Kalau sampai ia berpikir seperti itu berarti memang istrinya yang sudah kebangetan. Secepatnya seorang istri mesti segera introspeksi diri. Jangan sampai berlarut yang pada akhirnya meledak. Sudah selayaknya setiap istri banyak introspeksi diri. Apa yang telah dilakukannya hari ini, dan apa yang telah diperbuatnya minggu ini, dan apa yang telah diperbuatnya bulan ini. Adakah yang membuat suaminya kecewa ? Hendaknya terus dicoba untuk dibangun komunikasi yang baik antar keduanya.
Istri semestinya bisa memulai untuk banyak bertanya pada suaminya, dan bersabar ketika menerima “kejujuran” suaminya. Karena kadangkala kejujuran suami membuat kita sakit hati. Namun percayalah kalau memang itu kekurangan atau sebuah salah bersegeralah kita meminta maaf kemudian memperbaikinya. Kemarahan/ kekecewaan suami biasanya mereda manakala melihat rona penyesalan yang tulus dari istri. Secara otomatis hatinya akan luluh dengan kesenduan kita karena tidak/belum memaafkannya. Tentu ini terjadi pada suami yang paham agama dan mengerti bagaimana wanita. Sepantasnyalah para istri sering merayu suaminya untuk mendapatkan ridha dan maaf atas kesalahannya.

BILA SUAMI PANGKAL MASALAHNYA
Tidak hanya istri, suamipun seringkali menjadi biang keladi dari ketidakhar-monisan keluarga. Ia yang memicu terjadinya kekecewaan istri yang sangat mendalam. Padahal istri telah berbuat semaksimal mungkin untuk membuat suaminya selalu bahagia. Dan istri butuh dihormati atas apa yang dilakukanya. Sehingga wajarlah bila pada akhirnya istri tak tahan ketika terus diperlakukan tak adil, tidak dihormati, atau tak disayangi oleh suaminya. Biasanya istri yang kecewa akan menumpahkan perasaannya dengan “membangkang” pada suaminya. Banyak membantah atau balas berperilaku serupa dengan suaminya.
Keadaan seperti ini tentu tidak baik bagi jalannya biduk rumah tangga. Oleh karena itu, selayaknya pula suamipun rajin untuk introspeksi diri. Karena bisa jadi istri membangkang karena awalnya dari kita. Sudahkah hari ini suami mengasihi istrinya, menyayanginya, bersikap lembut kepadanya, menghargainya dan membuatnya tertawa atau senang dengan kita. Seorang suami mestinya mampu membuat istri ingin selalu dekat di sampingnya. Karena hal tersebut merupakan cerminan kepuasan istri dari pada suaminya. Yakinlah ia akan semakin sayang bila kita sayangi dengan setulus hati. Sebaliknya pun demikian.
Kejelekan suami yang banyak terjadi dan menjadi pemicu ketidak-harmonisan rumah tangga adalah sikap yang sewenang-wenang terhadap istri atau tak bertanggungjawab terhadap keluarganya. Bagi seorang istri, kedua sifat tersebut cukup fatal bila dimiliki seorang suami. Bagi yang tak tahan, maka bisa dipastikan rumah tangga takkan bertahan. Wanita tak kuat dibuat terus menekan perasaan apalagi merekalah manusia yang sangat perasa. Sehingga ketika rasa tertekan dalam diri tak tertahankan, lontaran ceraipun akan terucap dari mulutnya. Lebih baik bercerai daripada harus hidup menderita dan dalam bayang-bayang suami yang bersifat egois dan temperamental.

SALING MENGERTI ( PENGERTIAN )
Namun, tentu seorang istri tidak mudah meminta cerai gara-gara kecewa dengan suaminya. Yang hendaknya dilakukan adalah mencoba untuk terus meng-komunikasikannya. Bangunlah pilar nasihat dalam keluarga. Biasakan untuk saling mengingatkan bila ada salah satu yang berbuat salah. Insya Allah kalau suami mengerti agama ia akan dengan senang hati dinasihati, apalagi dari istri tercinta demi kebaikan bersama.
Suatu keluarga yang baik akan selalu mengutamakan keharmonisan bukan sebaliknya. Disinilah baik suami maupun istri mesti selalu berkomitmen untuk terus bersama. Masalah takkan memisahkan keduanya kecuali maut yang menjemput. Apalagi cuma masalah karena dunia. Kebersamaan selamanya lebih penting dari sekedar materi dan dunia.
Mari kita bangun keluarga yang harmonis, yang bisa terus terbentuk kasih sayang dan cinta selamanya.

(Kepustakaan : Majalah Nikah Vol. 4 No. 5, Agustus 2005.)

Senin, 01 Maret 2010

Pentingnya Hidup Sederhana

PENTINGNYA HIDUP SEDERHANA

Keinginan itu biasanya tidak ada ujungnya. Hidup sederhana adalah lebih utama”.
Dengan hidup sederhana, tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama. Semoga Allah Yang Maha Kaya mengaruniakan kekayaan yang penuh berkah, dan melindungi kita dan tipu daya kekayaan yang menjadi fitnah.

Saudaraku, salah satu penyebab maraknya korupsi di negeri kita adalah kegemaran sebagian orang terhadap kemewahan dan menggejalanya pola hidup konsumtif. Memang, tantangan untuk tampil lebih konsumtif sangat terbuka disekitar kita. Tayangan televisi sering membuat standar hidup melampaui kemampuan yang kita miliki. Iklan-iklan tidak semuanya memberikan keinginan primer, tapi juga yang sekunder dan tertier yang tidak terlalu penting. Tidak dilarang kita memiliki, tapi apakah yang kita miliki ini tergolong kemewahan atau tidak? Itulah yang harus kita pertanyakan. Lalu apa kerugian hidup bermewah-mewah? Di zaman sekarang kemewahan bisa membawa bencana. Minimal dicurigai orang lain. Siksaan pertama dari kemewahan adalah ingin pamer, ingin diketahui orang lain. Siksaan kedua dari kemewahan adalah takut ada saingan. Pemuja kemewahan akan mudah dengkinya kepada yang punya lebih. Penyakit ketiga cemas, takut rusak, takut dicuri. Makin mahal barang yang dimiliki, kita akan semakin takut kehilangan.

Tampaknya, pola hidup sederhana harus dibudayakan kembali di masyarakat. Tak terkecuali di keluarga kita. Kalau orang tua memberikan contoh pada anak-anaknya tentang kesederhanaan, maka anak akan terjaga dari merasa diri lebih dari orang lain, tidak senang dengan kemewahan, dan mampu mengendalikan diri dari hidup bermewah-mewah.

Saudaraku, sederhana adalah suatu keindahan. Mengapa ? Karena seseorang yang sederhana akan mudah melepaskan diri dari kesombongan dan lebih mudah meraba penderitaan orang lain. Jadi, bagi orang yang merasa penampilannya kurang indah, perindahlah dengan kesederhanaan. Sederhana adalah buah dari kekuatan mengendalikan keinginan.
Dalam Islam, kaya itu bukan hal yang hina, bahkan dianjurkan. Perintah zakat bisa dipenuhi kalau kita punya harta, demikian pula perintah haji. Yang dilarang itu adalah berlebih-lebihan. Dalam QS At-Takaatsur, Allah SWT dengan tegas mencela orang yang berlebih-lebihan. Memang kita harus kaya tapi tidak harus bermegah-megah. Beli apa saja asal perlu, bukan karena ingin. Keinginan itu biasanya tidak ada ujungnya. Beli semua yang kita mampu beli, asal manfaat. Saya tidak mengajak untuk miskin, tapi mengajak agar kita berhati-hati dengan keinginan hidup mewah.

Satu hal yang penting, ternyata di negara manapun orang yang bersahaja itu lebih disegani, lebih dihormati daripada orang yang bergelimang kemewahan. Apalagi mewahnya tidak jelas asal-usulnya. Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat sederhana, tidak ada singgasana, tidak ada mahkota. Lalu, untuk apa Rasulullah SAW memiliki harta? Beliau menggunakan harta ersebut untuk menyebarkan risalah Islam, berdakwah, membantu fakir miskin, dan memberdayakan orang-orang yang lemah.

Dari apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita harus kaya dan harus mendistribusikan kekayaan tersebut pada sebanyak-banyak orang, minimal untuk orang terdekat. Maka, bila kita memiliki uang dan kebutuhan keluarga telah terpenuhi, bersihkan dari hak orang lain dengan berzakat. Kalau masih ada lebih, maka siapkan untuk orang tua, mertua, sanak saudara dan lain, dst. Kakak-adik, keponakan, juga harus kita pikirkan. Kekayaan kita harus dapat dinikmati banyak orang.

Semoga dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita dan untuk beramal saleh menolong sesama. Amin.

Jumat, 26 Februari 2010

MENYEMAI TALI UKHUWAH

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Sdr/i, betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan. Karenanya, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu tugas penting bagi kita. Lalu, bagaimanakah agar ruh ukhuwah tetap kokoh ?
Rahasianya ternyata terletak pada sejauhmana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki qolbu yang bening, bersih dan selamat. Karena, qolbu yang dipenuhi sifat iri, dengki, hasud dan buruk sangka, hampir dapat dipastikan akan membuat pemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? sebab apabila di antara sesama Muslim saja sudah saling berburuk sangka, saling iri dan saling dengki, maka bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah ?
Sekali lagi saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, ujub, riya dan takabur. Dengan demikian, bila ada dua suku berseteru, setidaknya satu diantara mereka adalah manusia bermental rendah dan hina, karena (mungkin) merasa sukunya lebih tinggi derajat kemuliaannya. Bila dua keluarga tidak bertegur sapa, sekurang-kurangnya salah satunya telah terselimuti hawa nafsu, sehingga menganggap permusuhan adalah satu-satunya langkah yang bisa menyelesaikan masalah.
Selanjutnya, tanyakanlah kepada diri masing-masing. Adakah kita saat ini tengah merasa tidak enak hati terhadap adik, kakak atau bahkan ayah dan ibu sendiri? Adakah kita saat ini masih menyimpan kesal kepada teman sekantor karena ia lebih diperhatikan oleh atasan ?
Bila demikian halnya, bagaimana bisa terketuk hati ini ketika mendengar ada seorang muslim yang teraniaya atau ada sekelompok masyarakat Muslim yang diperangi? Bagaimana mungkin kita mampu bangkit serentak manakala hak-hak Muslim dirampas oleh kaum yang zalim ?
Nah, dari sinilah seharusnya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang sejauhmana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Karena, justru dari sini pula Rasulullah SAW mengawali amanah kerasulannya. Betapa Rasul menyadari bahwa menyempurnakan akhlak pada hakekatnya adalah merubah karakter dasar manusia. Karakter akan berubah seiring munculnya kesadaran setiap orang akan jati dirinya. Maka, menumbuhkan kesadaran adalah jihad, karena kesadaran merupakan sebutir mutiara yang terkadang hilang tersapu berlapis-lapis hawa nafsu. Manakala kesadaran telah tersemai, maka jangan heran kalau Umar bin Khathab, yang pemberang adalah manusia paling pemaaf kepada musuhnya yang telah menyerah di medan perang.
Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan dengan kemuliaan akhlak. Oleh karena itu, tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang aneka buah pikirannya, sesederhana apapun, adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah-masalah yang menggelayut pada dirinya sendiri maupun orang-orang disekelilingnya. Sehingga berdialog dengannya selalu membuahkan kelapangan.

Minggu, 24 Januari 2010

MEMBANGUN KASIH SAYANG DALAM KELUARGA

Para pakar meyakini penyebab sebagian besar kasus penyimpangan sosial adalah kurang harmonisnya keluarga. Munculnya kasus-kasus seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kenakalan remaja, kriminalitas, selingkuh, sampai kasus kecil semisal bolos sekolah, semula berawal dari keluarga yang bermasalah, yaitu keluarga yang gersang akan kasih sayang.
Maka, langkah yang paling strategis untuk menyelamatkan pilar terpenting ini adalah dengan menggelorakan kembali tradisi kasih sayang dalam keluarga kita.
Mengapa kasih sayang menjadi solusi kunci dari permasalahan ini ? Bagaimana kiat-kiat menyuburkan kasih sayang di rumah kita? Keluarga siapa yang bisa kita teladani dalam hal ini?
Sebuah keluarga pasti dibangun dan hanya akan langgeng dengan rasa kasih sayang. Masalahnya, sampai kapan perasaan itu dapat bertahan? Bagaimana kiat-kiat praktis dan langkah-langkah efektif menumbuhkan nilai-nilai kasih sayang di dalam keluarga kita ? Berikut ini langkah-langkahnya :
1. Mentradisikan pergaulan yang baik dalam keluarga
Dari Aisyah radhiyallah 'anha (RA) ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda, "Jika Allah Azza Wa Jalla menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia menganugerahkan atas mereka pergaulan yang baik."
Bersikap lemah lembut dan bercanda antara suami/isteri dan anak-¬anak merupakan salah satu faktor yang bisa menebarkan iklim kebahagiaan dan akrabnya hubungan baik di tengah keluarga. Rasulullah SAW juga mencandai Aisyah RA bahkan juga kerap bercanda dengan anak-anak kecil. Inilah tampaknya yang menyebabkan anak-anak kecil amat gembira dengan kedatangan beliau dari bepergian, sebagaimana disebutkan dalam satu Hadits, "Apabila datang dari perjalanan, beliau dihamburi oleh anak-anak kecil dari keluarganya." Rasulullah SAW pun mendekap mereka.

2. Bekerjasama dalam melakukan pekerjaan rumah
Rasulullah SAW menjahit sendiri bajunya, menambal sandalnya, melayani dirinya sendiri dan melakukan pekerjaan yang biasa di dalam rumah. Demikian dikatakan oleh Aisyah RA ketika ia ditanya apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam rumahnya. Aisyah RA menjawab dengan apa yang dilihatnya sendiri.

3. Menghidupkan suasana belajar mengajar dalam keluarga
Mengajar adalah kewajiban yang mesti dilakukan oleh pemimpin keluarga, sebagai realisasi dari perintah Allah SWT : "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah¬kan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim [66) : 6).
Ayat di atas merupakan dasar pengajaran dan pendidikan anggota keluarga, memerintah dengan kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Dengan alasan sibuk serta ikatan lainnya, seseorang seringkali melalaikan kewajiban untuk mengajari keluarganya. Solusinya ia harus mengkhususkan satu hari dalam seminggu sebagai waktu untuk keluarga, bahkan mungkin juga dengan melibatkan kerabat lain untuk menyeleng¬garakan majelis ilmu di dalam rumah. Hendaknya komitmen ini dibangun dalam anggota keluarga. Termasuk dalam pengajaran keluarga adalah dengan mengikutkan mereka untuk mendengar ceramah umum yang disampaikan oleh para ulama atau penuntut ilmu yang terpercaya di bidangnya, jika hal itu memungkinkan. Hal ini untuk lebih banvak memberikan pengajaran, juga untuk variasi. Penting juga untuk membuat perpustakaan di rumah. Untuk membantu proses pengajaran bagi keluarga adalah pemberian kesempatan belajar agama dan menolong mereka untuk mentaati hukum-hukum syariat dengan membuat perpustakaan Islami di rumah, dan menganjurkan anggota keluarga untuk membacanya.
4. Menghidupkan ibadah dan syariat dalam keluarga
Ibadah yang harus dihidupkan adalah shalat sunah dan baca Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik shalat laki-laki adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib”. Adapun shalat-shalat wajib tersebut maka wajib dilakukan di masjid, kecuali ada udzur.
Melarang anak-anak dan pembantu masuk ke dalam kamar tidur Ibu Bapak tanpa izin, terutama pada waktu-waktu istirahat (tidur), harus mulai diterapkan. Allah SWT berfirman : `Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)..."(An-Nur [24]: 58).
Mendiskusikan persoalan-persoalan keluarga bersama anggota keluarga juga merupakan bagian dari syariat yang tidak boleh diabaikan. Firman Allah SWT: "... Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka... "(Qs. As-Syura [42]: 38).
Laki-laki yang diberi amanah kepemimpinan dalam rumah tangga adalah orang yang paling bertanggung jawab dan penentu segala keputusan. Tetapi dengan memberikan kesempatan kepada istri dan anak-anak, ini menjadi pendidikan tanggung jawab bagi mereka, di samping semua akan merasa lapang, karena pendapat mereka didengar dan dihargai.
5. Tidak menampakkan konflik keluarga di depan anak-anak
Jarang ada sebuah keluarga tanpa pernah berselisih. Bagi anak-anak yang belum berfikir dewasa, persilihan orang tua akan berpengaruh negatif Karena itu orang tua harus menjaga agar tidak menjadikan perselisihan sebagai tontonan anak-anak, dan kalau terpaksa hendaknya hal itu kita sembunyikan.
Menjaga rahasia rumah tangga dari dunia luar juga merupa¬kan hal penting. Ini agar tidak mengundang bahaya bagi rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain."

Tantangan
Tantangan terbesar untuk menyuburkan kasih sayang dalam keluarga datang dari iblis dan pasukannya. Menghancurkan sebuah keluarga merupakan proyek istimewa mereka. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata, 'Aku telah melakukan ini dan itu." Maka Iblis menjawab, "Engkau belum melakukan apa-apa." Lalu datang yang lain seraya berkata, "Tidaklah aku meninggalkan manusia hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya." Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya clan memujinya dengan berkata, "Ya, engkaulah." (Riwayat Muslim).
Untuk menghindarkan diri dan keluarga kita dari tipu daya setan tersebut, beberapa langkah berikut ini harus kita terapkan.
Pertama, kita berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan setan. Firman Allah SWT:"...hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk". (An-Nahl (i6]: 98).
Kedua, Ikhlas hanya kepada Allah SWT. Firman Allah SWT : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (AI-Bayyinah [98]: 5).
Ketiga, Istiqamah dengan Islam. Firman Allah SWT: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, 'Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."(Fushshilat [41]: 30)
Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah mengatakan: "Makna istiqamah adalah senantiasa di atas ketaatan kepada Allah SWT dan dia adalah pengatur semua perkara."
Keempat, Tawakkal kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT: "...Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. "(At-Thaalaq [65]: 3).
Kelima, Menjadikan iblis dan setan sebagai musuh abadi.
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Dan jangan kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya dia bagi kalian adalah musuh yang nyata. Sesungguhnya dia selalu memerintah kalian untuk (melakukan) kejahatan clan kekejian dan agar kalian mengucapkan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui. " (Al-Baqarah [2]: 168-169). Wallahu a'lam bish shawab.***

Minggu, 03 Januari 2010

ARISAN BUKAN SEKEDAR GAYA HIDUP

Fenomena arisan kini sudah membudaya di tengah masyarakat Indonesia. Mulai dari arisan para pejabat, arisan Ibu-ibu atau Bapak-bapak di kompleks perumahan, hingga arisan untuk suatu tujuan tertentu seperti arisan mobil, sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Selain sebagai ajang ekspresi untuk bersilaturahmi di antara anggotanya, arisan telah menjadi gaya hidup dan sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan ekonomi.
Oleh sebab itu tidak jarang ajang berkumpulnya sekelompok orang yang sepakat mengumpulkan sejumlah dana untuk kemudian diundi secara bergiliran hingga seluruh anggotanya mendapat bagian, bisa dilakukan dengan berbagai motif dan tujuan tertentu. Pada umumnya arisan dilakukan atas dasar kebersamaan atau kesamaan pada hal tertentu seperti lokasi tempat tinggal, kesamaan profesi, ataupun atas dasar kesamaan kesenangan. Lebih maju lagi, arisan bisa dijalankan untuk suatu tujuan ekonomi seperti untuk membeli rumah, mobil, motor hingga untuk keperluan ibadah haji. Untuk kasus seperti ini maka seyogyanya barang-barang yang akan dibeli hendaknya berupa barang produktif atau yang nilainya akan terus meningkat, atau justru untuk membuka suatu usaha.
Lebih tinggi lagi tingkatannya, arisan bisa dijadikan sebagai ajang edukasi berinvestasi para anggota kelompok. Dana hasil kumpulan tersebut ditabung untuk diinvestasikan pada suatu produk keuangan, yang konsepnya serupa dengan konsep reksadana. Arisan juga bisa menjadi sarana pengumpulan dana (polling fund) para anggotanya untuk kemudian dijadikan modal investasi atau untuk keperluan sosial masyarakat yang mendesak, seperti untuk santunan anggota yang sakit atau meninggal dunia. Konsep ini mirip seperti yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan.
Memang salah satu kelemahan dari arisan ini adalah kurangnya penghargaan terhadap unsur waktu, sehingga anggota yang mendapat kesempatan pertama maupun terakhir akan memperoleh dana yang sama besarnya, artinya tidak ada perhitungan, yang dalam kaidah ekonomi disebut ‘time is money’.
Dari berbagai karakter tersebut, benang merah yang bisa kita ambil bahwa arisan tetaplah sebuah wadah yang bebas nilai. Artinya wadah tersebut akan memberikan nilai positif apabila tujuannya positif, misalnya arisan untuk sarana berinvestasi. Arisan juga bisa berdampak negatif apabila dipakai sekedar untuk gaya hidup dan berkumpul untuk saling pamer kekayaan.
Melalui pembahasan yang saya sisipkan kali ini, saya hanya ingin memberikan gambaran kepada anggota arisan IKKW mengenai fenomena arisan yang sebenarnya bisa menjadi seperti pisau bermata dua. Saya hanya ingin memberikan arahan agar arisan bisa kita ambil manfaat positifnya bila kita mengetahui kerangka dasarnya.

Sabtu, 02 Januari 2010

PERLUKAH IKUT ARISAN >

Oleh: Safir Senduk

Dikutip dari Tabloid NOVA No. 740/XIII

Yeni, seorang karyawati swasta berusia 26 tahun, baru saja ditelepon seorang sepupunya. Ia diundang menghadiri sebuah rapat yang akan membahas tentang rencana mengadakan arisan keluarga. Dalam rapat akan dibahas kapan sebaiknya arisan diadakan, siapa saja yang boleh ikut, berapa iurannya, dan sebagainya.

Seumur-umur, Yeni belum pernah ikut arisan keluarga. Selama ini, ayah dan ibunyalah yang senantiasa mengikuti arisan keluarga, hingga acara itu vakum dalam dua atau tiga tahun terakhir. Tak pernah terpikir oleh Yeni untuk sering-sering kumpul bersama keluarganya. Ngapain? pikirnya. Tapi dalam usia yang sudah se"tua" ini, Yeni mulai berpikir untuk berubah, Sudah saatnya ia harus mulai sering berkumpul bersama kerabatnya. Jadi, Yeni pun menerima ajakan itu.

Arisan adalah kegiatan undian yang melibatkan sejumlah peserta dalam rentang waktu tertentu, yang pada akhirnya semua peserta akan kebagian undian tersebut. Contohnya seperti ini: Anda dan sembilan teman Anda mengumpulkan masing-masing Rp 200 ribu tiap bulan, atau total terkumpul Rp 2 juta tiap bulan.

Nantinya, pada tiap bulan salah satu peserta akan mendapatkan Rp 2 juta itu dengan cara diundi. Pada bulan berikutnya, undian dilanjutkan untuk peserta yang belum dapat. Tentu saja, peserta yang sudah pernah mendapat undian tetap harus menyetor Rp 200 ribu tiap bulan sampai 10 bulan, atau sampai semua peserta kebagian mendapat undian.

Dilihat dari sisi keuangan, kalau Anda mendapat undian itu pada saat-saat awal (misalnya bulan pertama dari 10 bulan yang ditentukan), maka Anda seakan mendapat pinjaman yang harus Anda kembalikan dengan mengangsur pada bulan-bulan berikutnya. Sedangkan bila Anda mendapatkannya pada bulan-bulan terakhir, Anda seperti memberikan pinjaman pada orang lain, atau seperti menabung, lalu mendapatkan pengembalian tanpa ada bunga sama sekali. Selain arisan uang, terkadang juga ada arisan yang undiannya bukan berupa uang, melainkan barang. Bisa apa saja, tergantung kesepakatan para peserta.

Dengan gambaran seperti itu, perlukah kita ikut arisan? Semua itu tergantung dari bagaimana Anda melihatnya. Kalau Anda melihatnya dari sisi pergaulan, maka acara arisan bisa Anda gunakan sebagai sarana sosialisasi, bergaul, atau kumpul secara rutin (paling tidak sebulan sekali) dengan peserta arisan lainnya.

Kalau Anda orang yang malas bersosialisasi, percayalah, ada banyak manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan bersosialisasi, mulai dari manfaat yang negatif sampai yang positif. Yang perlu Anda ambil tentu saja yang positifnya.

Kalau Anda melihat acara arisan dari sisi yang lain, katakan saja dari sisi uang, maka "berdoa" saja supaya Anda bisa mendapatkan undian arisan tersebut pada saat-saat awal, sehingga ini sama saja dengan mendapatkan pinjaman yang bisa Anda kembalikan dengan cara mengangsur pada bulan-bulan berikutnya dan tanpa bunga. Walaupun, tentu saja, yang namanya undian, tidak bisa Anda pastikan kapan Anda akan mendapatkannya, kan?


SEJUMLAH TIPS

Bagi Anda yang sedang berpikir untuk ikut arisan atau yang sedang mengikuti arisan, di bawah ini ada sejumlah tips yang mungkin bermanfaat:

1. Walaupun Anda bisa saja mendapatkan undian arisan pada saat-saat awal, tetapi jangan pernah ikut arisan hanya karena Anda termotivasi pada hadiahnya. Ini karena banyak orang yang ikut arisan dan hanya termotivasi untuk mendapatkan hadiah pada saat-saat awal. Hadiah uang misalnya. Kalau Anda mau pinjam uang, bukan dengan cara ikut arisan dan berharap bisa mendapatkannya di saat-saat awal. Ini karena undian arisan sifatnya tidak bisa dipastikan kapan Anda akan mendapatkannya. Kalau Anda mau pinjam uang, ada banyak tempat lain yang bisa Anda datangi. Bukan dengan ikut arisan

2. Pastikan bahwa Anda memang sanggup membayar iuran arisan yang Anda ikuti. Jangan gara-gara hanya ingin bersosialisasi, lalu Anda memaksakan diri ikut arisan yang iurannya terlalu tinggi buat Anda. Bukan apa-apa, selain memberatkan keuangan, kalau beberapa bulan berikutnya Anda tidak sanggup bayar, bagaimana? Kasihan peserta lainnya, kan.

3. Jangan pernah absen dari iuran arisan walaupun Anda sudah pernah mendapatkan undiannya. Kalau Anda terpaksa tidak bisa hadir dalam sebuah acara arisan, pastikan bahwa Anda tetap menyetor uang arisannya. Jangan mentang-mentang Anda sudah pernah mendapatkan arisan, lalu Anda enak saja "kabur". Bila hal ini terjadi, Anda tidak akan lagi dipercaya oleh lingkungan Anda.

Selamat mengikuti arisan dan selamat bersosialisasi.

Jumat, 01 Januari 2010

Latar Belakang

IKKW (Ikatan Keluarga Kartosetiko Weru) adalah sebuah perkumpulan dalam bentuk arisan keluarga yang diadakan oleh keturunan Karto Setiko Weru - Sukoharjo, Jawa Tengah yang berada di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya.

Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 21 Mei 2000 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Tujuan IKKW adalah :
  1. Membangun, memupuk dan mengembangkan hubungan sosial sesama warga keturunan Mbah Karto Setiko Weru di perantauan dalam menyikapi dan menghadapi keadaan suka dan duka.
  2. Membantu upaya peningkatan kesejahteraan warga keturunan Mbah Karto Setiko Weru di perantauan, baik material maupun non material.
  3. Membantu upaya pembangunan di daerah asal.

ANGGARAN DASAR IKKW

ANGGARAN DASAR
IKATAN KELUARGA MBAH KARTO - WERU
DI JAKARTA

BAB I
NAMA, TEMPAT DAN PENDIRIAN

Pasal 1
NAMA
Perkumpulan ini dinamakan Ikatan Keluarga Mbah Karto Weru yang selanjutnya disingkat IKKW.

Pasal 2
TEMPAT
IKKW didirikan oleh sanak keluarga keturunan Mbah Karto Weru yang menetap dan bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Pasal 3
PENDIRIAN
IKKW didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Mei 2000 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

BAB II
SIFAT, ASAS, DAN TUJUAN

Pasal 4
SIFAT
(1) IKKW merupakan paguyuban, yang kegiatannya bersifat sosial
(2) Disamping bersifat paguyuban sebagaimana dimaksud ayat (1), IKKW juga bersih dari segala pengaruh dan kepentingan partai politik dan golongan.

Pasal 5
ASAS
Dalam menjalankan kegiatan, IKKW berasaskan nilai-nilai gotong royong dan musyawarah mufakat.

Pasal 6
TUJUAN
Tujuan IKKW adalah :
1. Membangun, memupuk dan mengembangkan hubungan sosial sesama warga keturunan Mbah Karto Weru di perantauan dalam menyikapi dan menghadapi keadaan suka dan duka.
2. Membantu upaya peningkatan kesejahteraan warga keturunan Mbah Karto Weru di perantauan, baik material maupun nonmaterial.
3. Membantu upaya pembangunan di daerah asal.

BAB III
KEKAYAAN DAN USAHA

Pasal 7
KEKAYAAN
1)Kekayaan IKKW dapat berupa barang bergerak, barang tidak bergerak dan/ atau surat-surat berharga.
2)Kekayaan IKKW sebagaimana dimaksud ayat (1), dapat berasal dari :
a.Simpanan wajib dan/atau sukarela anggota IKKW;
b.Dana abadi anggota IKKW;
c.Sumbangan sukarela atau hibah dari anggota IKKW, warga keturunan Mbah Karto Weru maupun dari pihak lain yang tidak mengikat; dan/atau
d.Hasil usaha lain yang sah.

Pasal 8
USAHA
Untuk mendukung dan memperlancar pencapaian tujuan IKKW sebagaimana dimaksud Pasal 6, dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain :
1.Mengadakan silaturahmi sesama warga keturunan Mbah Karto - Weru dalam rangka lebaran, tahun baru, arisan, atau bentuk lain yang serupa dengan itu.
2.Membangun dan mengembangkan kegiatan koperasi, perdagangan, hubungan kemitraan dengan pihak lain yang sah dan tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
3.Membangun dan mengembangkan jaringan komunikasi dengan daerah asal untuk berperan aktif dalam pembangunan di daerah asal.


BAB IV
ORGANISASI, KEPENGURUSAN, KEANGGOTAAN

Pasal 9
ORGANISASI
1)Untuk menjalankan roda organisasi, dibentuk Kepengurusan yang berkedudukan di Jakarta.
2)Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1), dibentuk dan dipilih oleh Rapat Anggota untuk masa jabatan satu periode.

Pasal 10
KEPENGURUSAN
a.Kepengurusan terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-seksi.
b.Untuk kelengkapan kepengurusan sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (a) dapat dibentuk bidang-bidang dan seksi-seksi yang jumlah dan susunan keanggotaannya diatur lebih lanjut.

Pasal 11
KEANGGOTAAN

Keanggotaan IKKW terdiri dari seorang yang :
1.Warga keturunan Mbah Karto - Weru.
2.Bukan warga keturunan Mbah Karto - Weru tetapi secara obyektif memiliki hubungan keluarga dengan warga keturunan Mbah Karto - Weru.

Pasal 12
1)Keanggotaan IKKW berdasarkan stelsel aktif yaitu melalui pendaftaran dan pencatatan atau pelaporan diri kepada Pengurus.
2)Pengurus wajib melakukan pencatatan administrasi keanggotaan IKKW.


BAB V
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 13
PERUBAHAN

1)Perubahan Anggaran Dasar IKKW hanya dapat dilakukan oleh dan melalui Rapat Anggota.
2)Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1), dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota.
3)Perubahan Anggaran Dasar IKKW sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan sah, apabila disetujui oleh dua pertiga dari jumlah anggota yang hadir sebagaimana dimaksud ayat (2).

Pasal 14
PEMBUBARAN

1)Pembubaran kepengurusan IKKW hanya dapat dilakukan melalui Rapat Anggota.
2)Rapat Anggota untuk membubarkan kepengurusan IKKW dianggap sah, apabila sekurang-kurangnya dihadiri oleh dua pertiga dari jumlah anggota.
3)Pembubaran Kepengurusan IKKW sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan syah apabila disetujui dua pertiga dari jumlah anggota.

Pasal 15
1.Keputusan musyawarah yang berkaitan dengan Anggaran Dasar ini diambil secara musyawarah dan mufakat.
2.Apabila tidak dapat dicapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak melalui voting terbuka.

PENUTUP
Pasal 16

Hal-hal lain yang belum tercantum dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut melalui Rapat Anggota atau ketentuan lain.

Pasal 17
Anggaran Dasar IKKW ini mulai berlaku sejak disahkan dalam Rapat Anggota.



Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Februari 2004.


Pengurus Arisan Mbah Karto - Weru
Periode 2003 - 2005

Ketua Sekretaris

ttd ttd


H A R D I CECEP SAPRUDIN