Jumat, 26 Februari 2010

MENYEMAI TALI UKHUWAH

Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Sdr/i, betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan. Karenanya, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu tugas penting bagi kita. Lalu, bagaimanakah agar ruh ukhuwah tetap kokoh ?
Rahasianya ternyata terletak pada sejauhmana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki qolbu yang bening, bersih dan selamat. Karena, qolbu yang dipenuhi sifat iri, dengki, hasud dan buruk sangka, hampir dapat dipastikan akan membuat pemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? sebab apabila di antara sesama Muslim saja sudah saling berburuk sangka, saling iri dan saling dengki, maka bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah ?
Sekali lagi saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, ujub, riya dan takabur. Dengan demikian, bila ada dua suku berseteru, setidaknya satu diantara mereka adalah manusia bermental rendah dan hina, karena (mungkin) merasa sukunya lebih tinggi derajat kemuliaannya. Bila dua keluarga tidak bertegur sapa, sekurang-kurangnya salah satunya telah terselimuti hawa nafsu, sehingga menganggap permusuhan adalah satu-satunya langkah yang bisa menyelesaikan masalah.
Selanjutnya, tanyakanlah kepada diri masing-masing. Adakah kita saat ini tengah merasa tidak enak hati terhadap adik, kakak atau bahkan ayah dan ibu sendiri? Adakah kita saat ini masih menyimpan kesal kepada teman sekantor karena ia lebih diperhatikan oleh atasan ?
Bila demikian halnya, bagaimana bisa terketuk hati ini ketika mendengar ada seorang muslim yang teraniaya atau ada sekelompok masyarakat Muslim yang diperangi? Bagaimana mungkin kita mampu bangkit serentak manakala hak-hak Muslim dirampas oleh kaum yang zalim ?
Nah, dari sinilah seharusnya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang sejauhmana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Karena, justru dari sini pula Rasulullah SAW mengawali amanah kerasulannya. Betapa Rasul menyadari bahwa menyempurnakan akhlak pada hakekatnya adalah merubah karakter dasar manusia. Karakter akan berubah seiring munculnya kesadaran setiap orang akan jati dirinya. Maka, menumbuhkan kesadaran adalah jihad, karena kesadaran merupakan sebutir mutiara yang terkadang hilang tersapu berlapis-lapis hawa nafsu. Manakala kesadaran telah tersemai, maka jangan heran kalau Umar bin Khathab, yang pemberang adalah manusia paling pemaaf kepada musuhnya yang telah menyerah di medan perang.
Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan dengan kemuliaan akhlak. Oleh karena itu, tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang aneka buah pikirannya, sesederhana apapun, adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah-masalah yang menggelayut pada dirinya sendiri maupun orang-orang disekelilingnya. Sehingga berdialog dengannya selalu membuahkan kelapangan.