Minggu, 24 Januari 2010

MEMBANGUN KASIH SAYANG DALAM KELUARGA

Para pakar meyakini penyebab sebagian besar kasus penyimpangan sosial adalah kurang harmonisnya keluarga. Munculnya kasus-kasus seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kenakalan remaja, kriminalitas, selingkuh, sampai kasus kecil semisal bolos sekolah, semula berawal dari keluarga yang bermasalah, yaitu keluarga yang gersang akan kasih sayang.
Maka, langkah yang paling strategis untuk menyelamatkan pilar terpenting ini adalah dengan menggelorakan kembali tradisi kasih sayang dalam keluarga kita.
Mengapa kasih sayang menjadi solusi kunci dari permasalahan ini ? Bagaimana kiat-kiat menyuburkan kasih sayang di rumah kita? Keluarga siapa yang bisa kita teladani dalam hal ini?
Sebuah keluarga pasti dibangun dan hanya akan langgeng dengan rasa kasih sayang. Masalahnya, sampai kapan perasaan itu dapat bertahan? Bagaimana kiat-kiat praktis dan langkah-langkah efektif menumbuhkan nilai-nilai kasih sayang di dalam keluarga kita ? Berikut ini langkah-langkahnya :
1. Mentradisikan pergaulan yang baik dalam keluarga
Dari Aisyah radhiyallah 'anha (RA) ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda, "Jika Allah Azza Wa Jalla menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia menganugerahkan atas mereka pergaulan yang baik."
Bersikap lemah lembut dan bercanda antara suami/isteri dan anak-¬anak merupakan salah satu faktor yang bisa menebarkan iklim kebahagiaan dan akrabnya hubungan baik di tengah keluarga. Rasulullah SAW juga mencandai Aisyah RA bahkan juga kerap bercanda dengan anak-anak kecil. Inilah tampaknya yang menyebabkan anak-anak kecil amat gembira dengan kedatangan beliau dari bepergian, sebagaimana disebutkan dalam satu Hadits, "Apabila datang dari perjalanan, beliau dihamburi oleh anak-anak kecil dari keluarganya." Rasulullah SAW pun mendekap mereka.

2. Bekerjasama dalam melakukan pekerjaan rumah
Rasulullah SAW menjahit sendiri bajunya, menambal sandalnya, melayani dirinya sendiri dan melakukan pekerjaan yang biasa di dalam rumah. Demikian dikatakan oleh Aisyah RA ketika ia ditanya apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam rumahnya. Aisyah RA menjawab dengan apa yang dilihatnya sendiri.

3. Menghidupkan suasana belajar mengajar dalam keluarga
Mengajar adalah kewajiban yang mesti dilakukan oleh pemimpin keluarga, sebagai realisasi dari perintah Allah SWT : "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah¬kan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim [66) : 6).
Ayat di atas merupakan dasar pengajaran dan pendidikan anggota keluarga, memerintah dengan kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Dengan alasan sibuk serta ikatan lainnya, seseorang seringkali melalaikan kewajiban untuk mengajari keluarganya. Solusinya ia harus mengkhususkan satu hari dalam seminggu sebagai waktu untuk keluarga, bahkan mungkin juga dengan melibatkan kerabat lain untuk menyeleng¬garakan majelis ilmu di dalam rumah. Hendaknya komitmen ini dibangun dalam anggota keluarga. Termasuk dalam pengajaran keluarga adalah dengan mengikutkan mereka untuk mendengar ceramah umum yang disampaikan oleh para ulama atau penuntut ilmu yang terpercaya di bidangnya, jika hal itu memungkinkan. Hal ini untuk lebih banvak memberikan pengajaran, juga untuk variasi. Penting juga untuk membuat perpustakaan di rumah. Untuk membantu proses pengajaran bagi keluarga adalah pemberian kesempatan belajar agama dan menolong mereka untuk mentaati hukum-hukum syariat dengan membuat perpustakaan Islami di rumah, dan menganjurkan anggota keluarga untuk membacanya.
4. Menghidupkan ibadah dan syariat dalam keluarga
Ibadah yang harus dihidupkan adalah shalat sunah dan baca Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik shalat laki-laki adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib”. Adapun shalat-shalat wajib tersebut maka wajib dilakukan di masjid, kecuali ada udzur.
Melarang anak-anak dan pembantu masuk ke dalam kamar tidur Ibu Bapak tanpa izin, terutama pada waktu-waktu istirahat (tidur), harus mulai diterapkan. Allah SWT berfirman : `Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)..."(An-Nur [24]: 58).
Mendiskusikan persoalan-persoalan keluarga bersama anggota keluarga juga merupakan bagian dari syariat yang tidak boleh diabaikan. Firman Allah SWT: "... Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka... "(Qs. As-Syura [42]: 38).
Laki-laki yang diberi amanah kepemimpinan dalam rumah tangga adalah orang yang paling bertanggung jawab dan penentu segala keputusan. Tetapi dengan memberikan kesempatan kepada istri dan anak-anak, ini menjadi pendidikan tanggung jawab bagi mereka, di samping semua akan merasa lapang, karena pendapat mereka didengar dan dihargai.
5. Tidak menampakkan konflik keluarga di depan anak-anak
Jarang ada sebuah keluarga tanpa pernah berselisih. Bagi anak-anak yang belum berfikir dewasa, persilihan orang tua akan berpengaruh negatif Karena itu orang tua harus menjaga agar tidak menjadikan perselisihan sebagai tontonan anak-anak, dan kalau terpaksa hendaknya hal itu kita sembunyikan.
Menjaga rahasia rumah tangga dari dunia luar juga merupa¬kan hal penting. Ini agar tidak mengundang bahaya bagi rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain."

Tantangan
Tantangan terbesar untuk menyuburkan kasih sayang dalam keluarga datang dari iblis dan pasukannya. Menghancurkan sebuah keluarga merupakan proyek istimewa mereka. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata, 'Aku telah melakukan ini dan itu." Maka Iblis menjawab, "Engkau belum melakukan apa-apa." Lalu datang yang lain seraya berkata, "Tidaklah aku meninggalkan manusia hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya." Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya clan memujinya dengan berkata, "Ya, engkaulah." (Riwayat Muslim).
Untuk menghindarkan diri dan keluarga kita dari tipu daya setan tersebut, beberapa langkah berikut ini harus kita terapkan.
Pertama, kita berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan setan. Firman Allah SWT:"...hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk". (An-Nahl (i6]: 98).
Kedua, Ikhlas hanya kepada Allah SWT. Firman Allah SWT : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (AI-Bayyinah [98]: 5).
Ketiga, Istiqamah dengan Islam. Firman Allah SWT: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, 'Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."(Fushshilat [41]: 30)
Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah mengatakan: "Makna istiqamah adalah senantiasa di atas ketaatan kepada Allah SWT dan dia adalah pengatur semua perkara."
Keempat, Tawakkal kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT: "...Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. "(At-Thaalaq [65]: 3).
Kelima, Menjadikan iblis dan setan sebagai musuh abadi.
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Dan jangan kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya dia bagi kalian adalah musuh yang nyata. Sesungguhnya dia selalu memerintah kalian untuk (melakukan) kejahatan clan kekejian dan agar kalian mengucapkan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui. " (Al-Baqarah [2]: 168-169). Wallahu a'lam bish shawab.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar