Minggu, 03 Januari 2010

ARISAN BUKAN SEKEDAR GAYA HIDUP

Fenomena arisan kini sudah membudaya di tengah masyarakat Indonesia. Mulai dari arisan para pejabat, arisan Ibu-ibu atau Bapak-bapak di kompleks perumahan, hingga arisan untuk suatu tujuan tertentu seperti arisan mobil, sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Selain sebagai ajang ekspresi untuk bersilaturahmi di antara anggotanya, arisan telah menjadi gaya hidup dan sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan ekonomi.
Oleh sebab itu tidak jarang ajang berkumpulnya sekelompok orang yang sepakat mengumpulkan sejumlah dana untuk kemudian diundi secara bergiliran hingga seluruh anggotanya mendapat bagian, bisa dilakukan dengan berbagai motif dan tujuan tertentu. Pada umumnya arisan dilakukan atas dasar kebersamaan atau kesamaan pada hal tertentu seperti lokasi tempat tinggal, kesamaan profesi, ataupun atas dasar kesamaan kesenangan. Lebih maju lagi, arisan bisa dijalankan untuk suatu tujuan ekonomi seperti untuk membeli rumah, mobil, motor hingga untuk keperluan ibadah haji. Untuk kasus seperti ini maka seyogyanya barang-barang yang akan dibeli hendaknya berupa barang produktif atau yang nilainya akan terus meningkat, atau justru untuk membuka suatu usaha.
Lebih tinggi lagi tingkatannya, arisan bisa dijadikan sebagai ajang edukasi berinvestasi para anggota kelompok. Dana hasil kumpulan tersebut ditabung untuk diinvestasikan pada suatu produk keuangan, yang konsepnya serupa dengan konsep reksadana. Arisan juga bisa menjadi sarana pengumpulan dana (polling fund) para anggotanya untuk kemudian dijadikan modal investasi atau untuk keperluan sosial masyarakat yang mendesak, seperti untuk santunan anggota yang sakit atau meninggal dunia. Konsep ini mirip seperti yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan.
Memang salah satu kelemahan dari arisan ini adalah kurangnya penghargaan terhadap unsur waktu, sehingga anggota yang mendapat kesempatan pertama maupun terakhir akan memperoleh dana yang sama besarnya, artinya tidak ada perhitungan, yang dalam kaidah ekonomi disebut ‘time is money’.
Dari berbagai karakter tersebut, benang merah yang bisa kita ambil bahwa arisan tetaplah sebuah wadah yang bebas nilai. Artinya wadah tersebut akan memberikan nilai positif apabila tujuannya positif, misalnya arisan untuk sarana berinvestasi. Arisan juga bisa berdampak negatif apabila dipakai sekedar untuk gaya hidup dan berkumpul untuk saling pamer kekayaan.
Melalui pembahasan yang saya sisipkan kali ini, saya hanya ingin memberikan gambaran kepada anggota arisan IKKW mengenai fenomena arisan yang sebenarnya bisa menjadi seperti pisau bermata dua. Saya hanya ingin memberikan arahan agar arisan bisa kita ambil manfaat positifnya bila kita mengetahui kerangka dasarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar